Sebagai masyarakat Indonesia, tentunya Posyandu bukan suatu istilah yang asing atau jarang didengar. Bahkan bagi beberapa kategori masyarakat khususnya kaum ibu dengan balita, Posyandu dapat dikatakan sebagai rutinitas mereka setiap bulannya. Posyandu di mata masyarakat banyak diasosiasikan dengan balita maupun anak-anak serta sebagian mungkin mengasosiasikannya dengan makanan-makanan tambahan seperti bubur kacang hijau, telur, dan biskuit-biskuit yang biasanya diberikan kepada balita. Posyandu yang secara kepanjangan merupakan Pos Pelayanan Terpadu hadir bukan hanya sekadar sebagai sebuah pelayanan kesehatan dasar yang diperuntukkan bagi Ibu hamil atau balita. Seperti namanya, Posyandu menjadi sarana pelayanan sosial dasar yang berbasis pemberdayaan masyarakat dengan kesehatan sebagai salah satu fokusnya (Yuliandari, 2023).
Meski bagi masyarakat Posyandu lekat dengan branding untuk balita, sejatinya Posyandu hadir untuk melayani seluruh kalangan yang termasuk ke dalam siklus hidup dari mulai balita, remaja, hingga orang dewasa dan lansia. Sayangnya, dalam implementasinya, belum banyak masyarakat di luar ibu hamil dan ibu dengan balita yang dengan sukarela mau untuk berkunjung ke Posyandu. Dalam hal ini, remaja sebagai individu yang sedang dalam masa pencarian jati diri dengan berbagai permasalahan baik fisik, psikis, maupun sosial seharusnya dapat menjadi sasaran strategis bagi layanan seperti Posyandu. Terlebih lagi melalui kasus-kasus permasalahan kesehatan yang ditemukan pada kelompok usia remaja yang terbilang signifikan membuat mereka memerlukan penanganan yang jauh lebih kompleks dan terintegrasi. Untuk menjawab adanya permasalahan tersebut, Posyandu remaja hadir dalam rangka pengoptimalan Posyandu dengan kelompok usia yang lebih spesifik.
Sama halnya dengan Posyandu pada umumnya, Posyandu remaja hadir untuk menjadi perwujudan dari pembangunan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat demi meningkatkan derajat kesehatan dan keterampilan hidup sehat individu dengan kelompok usia tersebut. Posyandu remaja dihadirkan dengan fokus mempromosikan sekaligus membangun upaya preventif (pencegahan) dari berbagai permasalahan kesehatan dan sosial melalui alih informasi dan keterampilan. Nantinya, hal-hal yang menjadi fokus maupun tujuan dari adanya Posyandu remaja akan diimplementasikan melalui berbagai kegiatan mulai dari Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS), kesehatan reproduksi, edukasi terkait Penyakit Tidak Menular (PTM), masalah kesehatan jiwa dan pencegahan penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif), penyuluhan terkait gizi, hingga pencegahan tindak kekerasan atau kecelakaan lalu lintas sekalipun. Di samping kegiatan-kegiatan tersebut, Posyandu remaja juga akan menghadirkan kegiatan yang berfokus pada pengembangan sebagai kegiatan tambahan. Hadirnya kegiatan pengembangan tambahan merupakan perwujudan dari Posyandu sebagai sebuah sarana pelayanan terpadu.
Dalam pengelolaan dan pelaksanaan berbagai kegiatannya, Posyandu remaja akan dibantu oleh “kader-kader” yang juga didatangkan dari kelompok usia yang sama. Dalam hal ini hadirnya kader-kader dari kelompok usia yang sama (remaja) akan mempermudah penyampaian pesan promosi maupun preventif dengan metode yang juga lebih sesuai. Kader-kader sebagai peer educator secara tidak langsung akan membantu para remaja yang terlibat aktif dalam kegiatan posyandu remaja untuk lebih terbuka dan lebih mudah dalam menyerap apa yang disampaikan. Dan yang terpenting, adanya kader-kader sebaya dalam posyandu remaja juga dapat menjadi suatu alat pengubah stereotip posyandu yang tidak jauh dari ibu hamil dan balita dalam masyarakat.
(Zakia Sabina, 21/01)
Referensi:
Khumaidah, S. (Ed.). (2018). PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN POSYANDU REMAJA. Kementerian Kesehatan RI.
Yuliandari, I. (2023, May 16). Posyandu Semakin Siap Melayani Masyarakat Semua Usia. ayosehat.kemenkes.go.id. https://ayosehat.kemkes.go.id/posyandu-semakin-siap-melayani-masyarakat-secara-menyuluh-